--> MATA KUNCINYA HATI | Griya Ide dan Ilmu

Indahnya Berbagi Ilmu dan Ide

Selamat Datang Semoga Bermanfaat

Selasa, 13 Agustus 2013

MATA KUNCINYA HATI

| Selasa, 13 Agustus 2013
Oleh Yenti Sustina
Dara adalah gadis cantik berbusana muslimah yang hidup di tengah-tengah kota dengan kebisingan dan hiruk pikuk orang berlalu lalang. Dia anak tunggal dari pasangan ibu salma dan bapak Burhan. Dara anak yang baik dan patuh terhadap orangtuanya. Orang tuanyapun sangat sayang sekali pada dara. Karena terlalu sayangnya, apapun yang diminta oleh dara asal itu positif pasti dikabulkan orangtuanya.
Gadis lulusan Universitas swasta Bandung ini  bercita-cita ingin mengabdi ke Sekolah sebagai tenaga pengajar.  Dengan mengajar, setidaknya dia  mampu  memberikan sedikit ilmu yang pernah dia dapatkan selama 4 tahun di Bandung. Meskipun tidak banyak yang didapat, tetapi mudah-mudahan membawa manfaat.  Dia selalu ingat pesan orangtuanya bahwa ilmu itu harus disampaikan walau hanya satu kalimat. Dia ingin sungguh-sungguh tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik supaya mampu mencetak anak-anak yang cerdas dan berwawasan luas.
 Ia mencoba membuat sepucuk surat di kamarnya, yang isinya tentang  lamaran  ke  Sebuah  Sekolahyang berada di kota Serang. Ketika surat itu sedang dibuat oleh dara, tiba-tiba ibunya datang.
***

“Kamu sedang menulis apa nak?” Tegur ibu sambil memegang pundak dara
“Eh, Umi mengaggetkan saja. Dara sedang  membuat surat  lamaran.”
“ Dari tadi umi memanggil,  terlalu seriuskah kamu nak, sehingga tidak menyahut panggilan umi. Memangnya anak umi mau melamar siapa?” Umi menggodanya
“Akh umi “ dara tersipu malu
“Atau jangan-jangan sudah siap-siap dilamar?”
“Aaa...kh umi apaan sih? “ mukanya mendadak merah merona. “Umi, dara itu sedang menulis surat lamaran kerja”
“oo...Memangnya mau kerja dimana ra?”
“Dara mau mencoba ke sekolah-sekolah mi. dari tempat-tempat yang dara masukkan lamarannya, sekolah mana yang pertama memanggil dara untuk bergabung dan cocok ucntuk dara. itu yang akan dara pertimbangkan.”
“Baiklah, umi hanya bisa mendoakan dara supaya di terima, apapun yang dara lakukan, selagi itu bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak,umi dukung . Semoga dara sukses dan langkah yang dara lakukan diberi kemudahan dan kelancaran.”
“Amin , terimakasih umi. Mudah-mudahan doa umi dikabulkan.”
“Ya sudah, umi tunggu dara di ruang makan ya!  Kalau sudah selesai nanti ke sana.”
“Baik umi.”
****

Keesokan paginya dara mengendarai honda kesayangannya. Dia menuju ke sekolah-sekolah untuk mencoba memasukkan surat lamaran yang sudah dibuatnya semalam. Dia mencoba 3 sekolah terlebih dahulu, untuk yang lainnya dia coba besoknya lagi. Sesampainya di sebuah Sekolah dia bertemu kawan lamanya. Dia pernah satu sekolah ketika di MA. Namun ketika telah lulus MA mereka berpisah.
 pandangan alif tertuju pada sosok gadis anggun berkerudung merah berbusana muslim modern tapi syar’i. Tinggi semampai kira-kira 160 cm, wajahnya putih merona di tambah alis bak semut beriring. hidungnya mancung dan senyumnya memancarkan keindahan islami. Alif Berdecak kagum memandang kecantikan dan wajahnya yang rupawan.
***
“SubhanaAllah..gadis itu.. sepertinya aku tak asing lagi dan pernah bertemu di mana ya???” Mencoba mengingt-ingat memorinya yang agak sedikit kusut. Alif mencoba menghampiri gadis itu.
“Assalamualaikum...emm...Sepertinya, saya mengenal Anda?” Tertegun memandangnya tanpa berkedip
“Waalaikumsalam...Oops... tunggu-tunggu, kamu kan?” sambil menunjuk jarinya ke arah Alif. “Hai...hallo.. kok diam saja.”. dara nampak heran dan tangannya dilalmbai-lambaikan ke arah muka alif.
“Maaf,  iya..iya..Kita kan teman lama. Kamu dara kan?”
“O ya... alif,  Kaukah Alif??? Aku tak menyangka kamu sudah sebesar ini.”
“Sudah lama kita tidak bertemu, hampir 5 tahunan. Kamu sekarang dimana ra?”
“Aku di rumah sama umi dan abah. Kalau Alif?”
“Kalu aku di rumah mertua”
“oo.. jadi Alif sudah berumah tangga? Sama orang mana lif?sudah berapa usia pernikahan kalian?”
“Sama orang tasik, kami menikah hampi 2 tahun dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak ra.”
“O ya, siapa namanya?”
“Hafizah namanya
“Nama yang cantik, pasti secantik ibunya. O ya lif maaf ya aku mau menaruh lamaran kerja ini dulu. Kapan-kapan disambung lagi. Salam untuk istrimu ya!”
“O ya, nanti kusampaikan.  Mari aku antar ke ruangan. Sambil berjalan menuju kantor”
“Tidak usah merepotkan”
“Tidak apa-apa kebetulan aku bagian TU di sini ra.”
“oo.. begitu. Guru-gurunya lagi masuk ke kelas ya, sepi kantornya.”
“Iya dan kepala Sekolah kebetulan lagi sakit ra, jadi tidak masuk. Silakan duduk ra!”
“Tidak usah terimakasih. Saya harus buru-buru lif?”
“Mau kemana disini dulu sih temani saya ngobrol, kan sudah lama tidak berjumpa?”
“Maaf lif, aku Ada keperluan, ini aku titipkan map yang isinya berupa ijazah dan surat lamarannya”.
“baik, nanti aku berikan ke bagian kurikulum. Mudah-mudahan bisa dipertimbangkan. O ya ra, kamu mau tidak mengajar di tempat saya?”
“oo...Alif punya yayasan?”
“Iya, yayasan anak yatim, yang dilaksanakan setiap hari minggu dari pukul 08 pagi sampai bada dhuhur. kebetulan baru  merintis dan sekarang sudah berjalan hampir satu tahun. Karena belum ada tempat, jadi untuk kegiatan belajar mengajar, sementara di musola dulu”
“oo.. begitu, sudah banyak anak yatimnya?”
“Lumayan, ada 50 anak”
“oo.. banyak ya, InsyaAllah. Kalau tidak ada halangan aku ke sana.”
“Ya sudah lif, aku mau pamit dulu ya, terimaksih sudah membantu.”
“Sama-sama ra. Oya minta nomor hp nya ya supaya nanti mudah untuk menghubungi kamu.”
“oo.. ini 0813XXXXXX.”
“Ya sudah, saya pamit Assalamualaikum....”
“Waalaikumsallam.....”
            Di tengah perjalanan dara menggumam, bergelut dengan mata hatinya. Da mengisyartkan sesuatu yang beda melihat cara bicara dan cara pandang alif terhadapnya.
“Astagfirulloh.. aku tak boleh berprasangka buruk padanya, tapi kenapa cara pandang dia padaku membuat hatiku tidak enak dan bertentangan, kenapa ya? Mudah-mudahan dia berniat tulus menolongku.”
***

Pada hari minggu Dara mencoba datang untuk mengajar anak yatim di rumah Alif. Disana dara bertemu dengan istri dan anak Alif. Dara juga bertemu mertua alif yang sedang memasak di dapur untuk makan anak-anak yatim.
“Kenapa ya, setiap aku memandang dara aku tertarik dan terpesona dengan kecantikannya. Apakah dia sudah punya pasangan belum ya? Makanya aku ajak kesini supaya aku bisa dekat dengannya, memandangnya dengan puas.” Gumam alif sambil memandang kagum dara yang sedang mengajar. Matanya sudah dibutakan dengan cinta dan napsu, Tanpa sadar dia diperhatikan oleh istrinya.
“Astagfirulloh... suamiku ternyata masih senang memandang yang bukan mahromnya. Kenapa dia tidak berubah, padahal dia sudah punya istri dan anak tetapi....ya Allah kuatkan imanku.” Gumam istri alif
“Abi, boleh aku bicara sebentar?”
“Ada apa, nanti saja sih tanggung nih?” Jawabnya dengan ketus
“Jadi lebih penting mana bi, istri atau wanita itu?”
“Maksud kamu apa siih?sudahlah kamu jangan banyak bicara dan jangan punya pikiran yang negatif. Aku tetap cinta kamu.”
“Abi, sebentar saja ke kamar aku mau bicara?” Mencoba membujuk namun acuh tak acuh.
***
            Cara bicara Alif yang biasa lembut dan ramah menjadi berubah semenjak bertemu kawan lamanya. Padahal dalam pikiran dara tak sedikitpun memikirkan alif, karena niat dara mengajar anak yatim. Alif mencoba mendekati Dara dengan cara dia sendiri.
Aku harus pintar-pintar mendekatinya supaya tidak ketahuan istriku, apalagi aku sudah dapatkan nomor hapenya, jadi semakin mudah aku mendekati gadis secantik dara. Gumamnya dalam hati.
***
Tak terasa waktu begitu cepat, jam dindingpun berdenting 12 kali, pertanda dhuhur tiba dan anak-anak yatimpun mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu untuk sholat dhuhur. Setiap minggu anak mempunyai tugas untuk mengumandangkan adzan, namun harus bergiliran supaya semua kebagian. Sholat Dzuhurpun diimami oleh Alif.
Setelah mereka selesai makan dan sholat, merekapun bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tidak lupa mereka diberi uang saku untu jajan. Ana-anak itu ada yang dijemput saudaranya, adapula yang diantarkan dengan mobil carry oleh adik alif sendiri. Sementara dara pulang dengan hondanya.
***
“Abi, pasti lelah ya?ayo ke kamar. Umi, nitip hafizah ya.”
“Iya nak. Ayo sayang digendong sama omah. Mengambil hafizah dari gendongan mamanya.
 Sementara alif dan isterinya menuju kamar
“Bi, boleh aku bertanya sesuatu?
“Boleh, mau bertanya apa? Nada bicaranya sudah kembali normal seperti biasa
“Sepertinya abi senang memandangwanita itu?
“Akh..kamu bicara apa sich?jangan berprasangka buruk begitu.
“Abi, setiap manusia itu dibekali gharizah bi, diantaranya yaitu gharizah seksual. Dimana dengan tersalurnya gharizah ini manusia akan berbuat sesuai keinginan dia. Apalagi sesuatu itu diharamkan, contohnya saja memandang yang bukan haknya. Maaf ya bi
“Kamu, jangan bicara seperti itu. Aku tidak seburuk yang kamu kira.”
“Abi, aku punya mata. (memandang Alif dengan penuh binar). Mata itu kuncinya hati dan pandangan adalah jalan yang membawa fitnah dan sampai kepada perbuatan zina. Semua peristiwa itu berawal dari pandangan bi, kemudian senyuman, lalu memberi salam, berbicara, janjian dan akhirnya bertemu. Abi, pandangan yang menggiurkan itu bukan saja membahayakan kemurnian budi, bahkan akan merusak kestabilan berpikir dan ketentraman hati. Aku tidak mau semua itu terjadi, wanita mana yang tidak sakit diperlakukan seperti itu  bi.” Sambil meneteskan airmata.
“Ya Allah, kamu kok berpikiran sampai sejauh itu, apa aku ada tampang untu selingkuh? Coba kamu lihat. Aku tidak sekejam itu”
“Bi, apabila abi melepaskan pandangan abi untuk mencari kepuasan hati. Suatu saat pandangan-pandangan itu akan menyusahkan abi. Abi tidak bisa melihat apa yang abi lihat.
“Jadi, kamu mendoakan abi buta?”
“Astagfirulloh Al adzim.. tidak bi. Aku hanya memberikan gambaran saja.”
“Sudah..sudah..sudah...kamu itu keterlaluan, aku mau tidur ngantuk.”
“Abi...maafkan aku ya...!”
***
            Malam harinya, ketika semua sudah terlelap tidur. Alif diam-diam sms ke dara dengan rayuan gombalnya.
“Assalam... dara ini Alif, mata ini tak bisa terpejam. Kenapa ya aku selalu ingat akan dirimu. Senyumanmu membuat aku tergila-gila, matamu indah, hidungmu mancung wajahmu cantik dan mulus. Ingin rasanya aku membelaimu. Sejak pertemuan itu hatiku tak bisa berpaling. Andaikan waktu bisa kuulang”
Ketika dara membaca sms itu, dia hanya mengelus dada. Astagfirulloh... alif. Ya Allah, sadarkanlah dia, dia bukan milikku. Dan aku tidak boleh larut dalam buainnya.

Ra, kenapa tidak membalas smsku, aku tahu kamu baca. Aku serius ingin meminangmu, dan kalau perlu aku akan menceraikan istriku.”
“Astagfirulloh al adzim... alif ini keterlaluan.” Dara mematikan hpnya kemudian tidur.
Alifpun kesal karena dara tidak mau membalas sms Alif.
“Dara, kenapa kamu tidak mau balas smsku. Akh...nanti pagi-pagi aku akan ke rumahnya.”

***
Bendera kuning berkibar tertancap di tiang pagar halaman rumahnya. Semua orang berpakaian hitam sedang mendoakan kematiannya. terisak-isak menangis akan kepergiannya. Saudara, tetangga-tetangga dan teman-temanya datang turut berduka cita. Bahkan Orangtuanyapun tak menyangka kalau anaknya bisa nekad dan melakukan hal seperti yang dia tidak kira. Satu-satunya anak yang mereka sayangi meninggal dengan mengenaskan.
 Pagi itu penuh duka. Ketika alif kesana kaget melihat orang berbondong-bondong datang ke rumah itu. Dia bertanya-tanya yang meninggal siapa. “apa dara? Akh tidak mungkin. Dara kan semalam smsan sama aku meskipun tak menjawab tapi aku tahu dia membacanya, dan sempat di missed called aktif, kemudian setelah aku sms dia tidak membalas aku call dia tidak aktif, berarti sengaja dimatikan. Atu orang tuanya sakit, tapi dia tidak pernah cerita. Aduh jd bingung, sebaiknya aku kesana akh, jadi penasaran.”
***
“Assalamualaikum...”
“Waalaikumsallam..”semua serentak menjawab dan semua mata tertuju pada laki-laki itu.
Alif bersalaman dengan teman-temannya juga orang tuanya
“Lo..yang meninggal siapa?”
“Nak, apakah kamu yang bernama Alif?”
“Iya umi. Ini ada titipan surat untukmu?”
“Dari siapa umi?”
“Baca saja dan itu ada bingkisan khusus untuk kamu. Teman-teman dara menunjukkan bungkusan kado berpita hitam yang berisi potongan kepala penuh darah.
Alif membuka bungkusan itu dengan tangan gemetar. Alif membuka perlahan-lahan pita hitam bungkusan kotak  kardus yang di bungkus rapi itu.
“Astagfirulloh.... dara. Alif kaget dan tercengang, haaa... Ini tidak mungkin.”  Kemudian suratnya pun dibaca oleh Alif dengan lirih dan tetesan airmatanyapun menghujani pipinya.

“ Umi, jika aku meninggal, surat ini dibaca juga oleh Alif ya sahabatku. Umi, jangan pernah menyalahkan sebab kematianku dan jangan pula menangisi kepergianku. Ini kehendak aku sendiri umi. Aku hanya pergi sementara dan nanti juga akan kembali lagi ke umi, tapi di tempat yang berbeda. Dara sayang Umi dan Abah.”
Untuk Alif... jika kehadiranku bisa mendatangkan mudharat untuk orang lain, aku ikhlas diam dalam ketenangan di liang lahat ini. Aku tidak mau jadi parasit yang hanya menguntungkan benalu, aku tak mau jadi penghancur hanya karena keindahanku. Kalau hanya kau inginkan wajahku, hidungku dan mataku silakan kau bawa dan aku hadiahkan untukmu tetapi jangan kau bawa kehormatanku. Aku hanya titipan dan aku kembali kepada yang menciptakan aku. Allah ya robb...

  Salam
Dara Fadila Zahra

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun..Alif menangis, merinding dan gemetar membaca surat itu, dia tak menyangka akan terjadi secepat ini.”
Astagfirulloh Al adzim 3X...


SELESAI

Related Posts

Tidak ada komentar:

Recent Posts